Tentang saya
Sedikit informasi mengenai diri saya.
Saya Arko. Dibesarkan dengan dua bahasa sejak kecil, yaitu bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Tinggal di Jerman selama 18 tahun, dan bersekolah di sana dari TK sampai Gymnasium kelas 7, tepatnya di kota Koeln (Cologne). Dilanjutkan dengan SMP dan SMA di Jakarta.
Kemudian setelah lulus SMA saya lanjutkan studi saya di FH Aachen, dengan mengambil studi Teknik Mesin (Maschinenbau Fachrichtung Produktionstechnik).
Saya fasih berbahasa Jerman dan Indonesia. Jika berbicara dalam bahasa Jerman, orang Jerman suka tidak mengetahui bahwa saya orang asing. Karena menurut mereka saya bicara dalam bahasa Jerman beraksen Rheinisch.
Pengalaman menerjemahkan saya dapatkan ketika saya bekerja pada sebuah perusahaan kecil di mana saya ditugaskan untuk menerjemahkan beberapa dokumen teknis dari bahasa Jerman ke bahasa Indonesia.
Saat pihak TNI-AL membeli beberapa kapal ex Jerman Timur, saya diminta untuk menjadi Interpreter saat training awak kapal TNI-AL di kapal-kapal tersebut.Para Instruktor yang memberi pelatihan kepada para awak kapal, hanya bisa bahasa Jerman. Itupun dengan aksen 'Plattdeutsch' yang cukup kental. Mereka umumnya adalah para teknisi yang bekerja di galangan kapal di mana kapal-kapal ex Jerman Timur itu diperbaiki dan diperbaharui.
Beberapa dokumen teknis yang menyangkut masalah kapal-kapal itu, saya juga diminta untuk diterjemahkan dari bahasa Jerman ke bahasa Indonesia.
Saya Arko. Dibesarkan dengan dua bahasa sejak kecil, yaitu bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Tinggal di Jerman selama 18 tahun, dan bersekolah di sana dari TK sampai Gymnasium kelas 7, tepatnya di kota Koeln (Cologne). Dilanjutkan dengan SMP dan SMA di Jakarta.
Kemudian setelah lulus SMA saya lanjutkan studi saya di FH Aachen, dengan mengambil studi Teknik Mesin (Maschinenbau Fachrichtung Produktionstechnik).
Saya fasih berbahasa Jerman dan Indonesia. Jika berbicara dalam bahasa Jerman, orang Jerman suka tidak mengetahui bahwa saya orang asing. Karena menurut mereka saya bicara dalam bahasa Jerman beraksen Rheinisch.
Pengalaman menerjemahkan saya dapatkan ketika saya bekerja pada sebuah perusahaan kecil di mana saya ditugaskan untuk menerjemahkan beberapa dokumen teknis dari bahasa Jerman ke bahasa Indonesia.
Saat pihak TNI-AL membeli beberapa kapal ex Jerman Timur, saya diminta untuk menjadi Interpreter saat training awak kapal TNI-AL di kapal-kapal tersebut.Para Instruktor yang memberi pelatihan kepada para awak kapal, hanya bisa bahasa Jerman. Itupun dengan aksen 'Plattdeutsch' yang cukup kental. Mereka umumnya adalah para teknisi yang bekerja di galangan kapal di mana kapal-kapal ex Jerman Timur itu diperbaiki dan diperbaharui.
Beberapa dokumen teknis yang menyangkut masalah kapal-kapal itu, saya juga diminta untuk diterjemahkan dari bahasa Jerman ke bahasa Indonesia.